Salah satu yang menjadi penyebab resah dan takutnya manusia untuk menghadap sang Khaliq adalah belum terjaminnya kemana dia akan ditempatkan nanti setelah kematian. apakah akan masuk syurga atau akan ditempatkan di neraka. karena tidak adanya jaminan seseorang itu masuk syurga atau terbebas dari api neraka dengan mengandalkan amal ibadahnya saja. jika kita hitung kesalahan dan dosa kita selama hidup di dunia, maka tidak ada jaminan kita terbebas dari api neraka. begitu juga, jika kita hitung-hitung jumlah amal kita di dunia maka tidak satupun dari kita yang pantas meraih syurganya Allah SWT. Kesimpulannya adalah ketentuan setelah kematian itu adalah hak mutlak Allah SWT.
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816)
Dalam hadis di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada artinya seorang manusia yang tidak menyertai Allah di dalam segala sendi kehidupannya. karena seorang hamba itu diciptakan bukan untuk menuntut syurga atau menjauhi neraka, namun mereka diciptakan utuk menyembah kepada Allah. biar lah Allah yang membalas apa yang telah kita lakukan di muka bumi ini.
Karena tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah, maka selayaknya ada beberapa yang harus menjadi hasil dalam ibadah tersebut, sehingga orang tersebut dapat mencapai derajat hamba yang paling tinggi.
hasil tersebut adalah keimanan yang kuat, amal shalih dan gelar ketaqwaan. sehingga jika seseorang tersebut berhasil mendapatkan tiga kategori tersebut dalam ibadah, maka mereka tidak akan pernah luput dari Rahmat, Maghfirah, dan Ridha Allah SWT.
perlu diketahui, jika sesorang sudah mendapatkan Rahmat, Maghfirah dan ridha Allah SWT, maka tidak ada alasan bagi dirinya untuk tidak masuk ke dalam syurga dan terhindar dari Neraka.
Tepat pada bulan ini yaitu bulan Ramdhan, setiap orang beriman di perintahkan melakukan amal shaleh yang sangat spesial yaitu puasa agar mereka mendapat predikat bertaqwa. lebih dari itu, pada bulan ini juga terdapat suatu keistimewaan yang mana terdapat hari-hari dimana hari-hari tersebut penuh dengan Rahmat, Maghfirah dan kebebasan dari api neraka. Seperti yang disebutkan dalam hadis:
أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَان رَحْمَة وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَة وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّار
Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah & akhirnya adalah pembebasan dari neraka.
Allah membuka bulan yang mulia ini dengan mecurahkan rahmt-Nya pada sepuluh hari pertamanya. sehingga setiap insan yang hidup pada waktu tersebut lebih-lebih jika ia beriman, maka ia akan mendapat kebahagiaan yang berbeda dengan waktu yang lainnya. Rahmat tersebut juga di ikuti dengan dibukakannya pintu syurga bagi mereka yang beriman dan beramal shalih. setelah Allah curahkan rahmat -Nya, sepuluh hari kedua Allah mencurahkan Ampunan. segenap insan yang beriman yang masih hidup pada sepuluh hari kedua ini, mereka yang menunaikan puasa dengan sungguh-sungguh, mulai merasakan pengaruh puasa yaitu letih, lesu, lapar dan sebagainya. Namun karena adanya semangat dan niat yang kuat, Allah mencurahkan maghfirah-Nya. sehingga mereka yang tekun beramal shalih pada sepuluh malam kedua di bulan suci ini, tidak menanggung dosa apa yang telah mereka perbuat sebelumnya. karena Allah telah mengampuni dosa mereka yang telah lalu. seperti hadis Nabi:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
dari Abu Hurairah, ia berkata,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).
Pada malam terahir bulan ramadhan, Allah berkehendak untuk membebaskan siapa saja yang beramal shalih dengan penuh iman dan pengharapan dalam menjalani bulan ramdhan dengan dibebaskan mereka kelak dari api neraka. sepuluh hari terakhir pada bulan suci ini menjadi penentu bagi ummat manusia. karena mungkin sebagian dari kita berfikir tidak mengapa tidak mendapatkan syurga, namun tidak ada satupun dari makhluk Allah yang sanggup merasakan siksaan api neraka. sehingga kita perlu banyak waspada dan benar-benar memperhatikan peluang-peluang dan kesempatan serta amalan-amalan sehingga dengannya kita dapat terbebas dari api neraka. peluang dan kesempatan yang nyata pada bulan suci ini terletak pada sepuluh malam terakhirnya. ketika kita sanggup menjalaninya dengan penuh iman dan pengharapan, apalagi jika kita mendapatkan kesempatan bertemu dengan lailatul qadar, maka Insya Allah, ketika bulan suci ini selesai maka kita seperti kembali ke fitrah. (Kembali seperti anak yang baru lahir. tidak mempunyai dosa dan kesalahan).
Wallahua'lam.. Semoga bermanfat.
2 Komentar
Mabruk
BalasHapusSubhanallah Tuan Guru Faidul Akbar
BalasHapus